Sumber ekon.go.id

[Berita] - Permintaan Domestik Jadi Penyelamat Ekonomi di Tengah Pandemi

26 Jun 2020 20:28 WIB

Permintaan domestik menjadi salah satu kunci untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi Indonesia di tengah pandemi Covid-19. Sebab, dengan kondisi perekonomian dunia yang sedang mengalami kontraksi ini, permintaan global maupun ekspor tidak bisa diandalkan.

“Dunia sedang mengalami penurunan yang sangat signifikan, jadi jelas kita harus mengandalkan dan mengendalikan permintaan dalam negeri,” ujar anggota Tim Asistensi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Raden Pardede, Jumat (26/6).

Beruntungnya, lanjut Raden Pardede, Indonesia memiliki penduduk dengan jumlah yang relatif besar sehingga ada peluang untuk bisa pulih lebih cepat dibandingkan dengan negara-negara yang sangat bergantung kepada perdagangan dunia atau memiliki jumlah penduduk yang relatif sedikit.

“Jumlah penduduk kita lebih kurang 270 juta orang, bayangkan dengan Singapura yang hanya lebih kurang 5 juta orang. Dengan menggerakkan permintaan dalam negeri, kita pasti lebih bisa bertahan di tengah kontraksi perekonomian dunia ini,” terang Raden.

Proyeksi IMF dan World Bank pun menunjukkan bahwa dampak Covid-19 terhadap ekonomi tanah air juga relatif lebih kecil dan moderat. “Meskipun ya semuanya sedang sama-sama kontraksi,” imbuhnya.

Raden Pardede juga menuturkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia di Kuartal I tercatat sebesar 2,97% dan kemungkinan di Kuartal II akan terjadi kontraksi ekonomi yang sangat signifikan. Pola ini disebutnya sama dengan yang terjadi di Cina.

Namun, berdasarkan pengamatan data sampai dengan minggu ke-3 Juni 2020, terlihat ada aktivitas ekonomi yang mulai bergerak.

“Kita mengamati secara dekat minggu per minggu,  bagaimana penjualan dari ritel atau kegiatan di pasar misalkan. Kemudian kita juga mengamati mobilitas manusia melalui satelit NASA. Kelihatannya di bulan Juni pertengahan mulai terjadi titik belok, mulai kelihatan tanda-tanda rebound,” ungkap Raden Pardede.

Untuk itu, Pemerintah berupaya menggenjot kinerja ekonomi untuk bisa didorong ke arah perbaikan dan pertumbuhan positif agar Indonesia bisa selamat dari resesi.

“Tanda rebound tadi kan masih dalam suasana kontraksi. Jadi, kalau di kuartal ketiga nanti pertumbuhannya negatif, maka kita bisa mengalami resesi sebab resesi itu di dalam definisi ekonom-ekonom adalah kalau dua kali mengalami pertumbuhan negatif,” pungkasnya. (idc/iqb)

***


Bagikan di | Cetak | Unduh