Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya di Kawasan Komplek Olahraga Jakabaring Palembang Melalui Proyek Joint Crediting Mechanism (JCM)
09 Aug 2017 19:41Palembang - Kota Palembang selain Jakarta, telah mendapatkan kehormatan menjadi tuan rumah bagi penyelenggaraan Asian Games ke XVIII pada tahun 2018. Berbeda dengan penyelenggaraan kegiatan pesta olahraga yang lain, Indonesia sebagai negara tuan rumah, terutama juga Provinsi Sumatera Selatan, menginginkan agar pelaksanaan Asian Games kali ini menjadi ajang pesta olahraga yang lebih hijau dan berwawasan lingkungan.
Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya atau PLTS di Jakabaring dengan kapasitas 1.6 megawatt atau 1,6 MW adalah salah satu jawaban dari pihak penyelenggara Asian Games untuk membuat pesta olahraga yang diikuti 45 (empat puluh lima) negara ini lebih berwawasan lingkungan sekaligus sebagai upaya Palembang untuk ikut mencegah perubahan iklim.
Proyek pembangunan PLTS ini adalah salah satu dari kegiatan Joint Crediting Mechanism (JCM) kerjasama antara pihak Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Jepang dalam pembangunan rendah karbon untuk pencegahan perubahan iklim. Kerjasama JCM sudah berlangsung selama hampir 4 tahun ini memiliki pola berupa insentif pendanaan berupa grant (hibah), adanya transfer teknologi dan disertainya pengembangan kapasitas untuk penurunan emisi.
Proyek instalasi PLTS di Kawasan Komplek Jakabaring, Palembang, merupakan satu dari 30 proyek yang berada dalam lingkup skema JCM.
“Usaha pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya ini merupakan salah satu usaha yang mendukung pengembangan konsep Green City, pencegahan perubahan iklim, dan juga mendukung pelaksanaan persiapan Asian Games 2018, diharapkan proyek PLTS ini rampung di bulan Januari 2018”, kata Dr. Yaniarsyah, direktur utama Perusahaan Daerah Pertambangan dan Energi (PDPDE) pada press conference di Palembang, Rabu 9 Agustus 2017. PDPDE adalah perusahaan lokal Indonesia yang bekerja sama dengan perusahaan Jepang Sharp.
Sementara itu Dr. Rizal Edwin Manansang, Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi Multilateral dan Pembiayaan dari Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian mengatakan, “Proyek PLTS Jakabaring ini adalah salah satu dari 30 proyek JCM yang diimplementasikan di Indonesia. Hingga saat ini nilai total investasi atas pelaksaan JCM antara pemerintah Jepang dan Indonesia mencapai 150 juta USD dengan 113 juta USD berasal dari investasi pihak swasta Jepang dan Indonesia dan 37 juta USD merupakan subsidi yang disampaikan oleh pemerintah Jepang”.
Edwin menambahkan, “Proyek JCM yang telah berjalan selama hampir 4 tahun ini, merupakan suatu bukti konkrit keterlibatan sektor industri baik dari pihak swasta, BUMN, atau BUMD dalam mendukung penurunan emisi karbon di Indonesia”.
Sementara ini proyek JCM yang kemudian diimplementasikan di Palembang telah menyelesaikan tahap awalnya, yaitu pematangan lahan. Setelah pematangan lahan kemudian akan dilakukan konstruksi dan pemasangan PLTS untuk kemudian dikoneksi dengan jaringan listrik PLN.
Di dalam kesempatan yang sama, Kepala Sekretariat JCM Indonesia, Dicky Edwin Hindarto, kemudian menyampaikan melalui proyek ini selain diharapkan mampu menghasilkan listrik sebesar 1.6 MW juga mampu untuk menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 1.303 ton setara CO2/tahun.
Edwin Hindarto.
Dicky juga menambahkan bahwa Jakabaring adalah venue olahraga pertama di Indonesia yang telah mengimplementasikan green technology yang diharapkan akan memberikan dampak positif bukan hanya pada daerah setempat tetapi juga pencapaian target nasional untuk pengurangan emisi gas rumah kaca.
Saat ini di Sumatera Selatan, pembangunan PLTS di Jakabaring bukan satu-satunya proyek JCM yang ada. PT. Aneka Bumi Pratama, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang industri karet yang berlokasi di Kecamatan Gandus Palembang juga bahkan telah menyelesaikan implementasi proyek JCM berupa penghematan energi untuk sistem pengolahan limbah cairnya.
PT Aneka Bumi Pratama bekerja sama dengan beberapa perusahaan Jepang, yaitu EMATEC, Sangyo dan Mitsubishi, telah berhasil menurunkan pemakaian listriknya sampai 40% dari semula. Gas rumah kaca yang kemudian berhasil dikurangi adalah sebesar 387 ton setara CO2/tahun.
“Pengurangan emisi yang didapat dalam kedua proyek ini adalah contoh nyata keseriusan Indonesia untuk berkontribusi dalam pengurangan emisi global. Selain itu, melalui skema JCM diharapkan juga terjadi transfer teknologi dan keahlian dalam pengembangan teknologi rendah karbon” pungkas Dicky Edwin Hindarto.
Pemerintah Indonesia dan Jepang selanjutnya berkomitmen untuk terus melanjutkan skema JCM dengan upaya peningkatan investasi, pengembangan berbagai instrumen teknis, serta peningkatan peran serta pihak swasta sebagai pelaku proyek maupun peran lainnya.
***
Kedeputian VII, Asdep Kerja Sama Ekonomi Multilateral dan Pembiayaan
Nomor Telepon: (021) 3521849