Sumber ekon.go.id

Strategic Planning Meeting (SPM) BIMP-EAGA: Strategi Bersama Mendorong Pembangunan Ekonomi Biru dan Bidang Halal

14 Mar 2024 12:11

Pertemuan National Secretariat Meeting (NSM) resmi mengawali rangkaian pertemuan Strategic Planning Meeting (SPM) Kerja Sama Ekonomi Sub-Regional Brunei-Indonesia-Malaysia-Philippines East ASEAN Growth Area (BIMP-EAGA) yang berlangsung pada tanggal 12 – 14 Maret 2024 di Kuching, Sarawak, Malaysia. Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi Regional dan Subregional Kemenko Perekonomian Netty Muharni, memimpin delegasi Indonesia pada pertemuan tersebut.

Pelaksanaan NSM yang menjadi pembuka rangkaian pertemuan “MUSREMBANG” Tingkat Subregional tersebut berfokus untuk membahas update atau revisi terhadap proyek prioritas 2023-2025, menetapkan proyek prioritas tahun 2024, dan menetapkan proyek lintas sektor. Pertemuan tersebut dihadiri oleh sebanyak 400 orang delegasi yang berasal dari 4 negara anggota.

Selain itu untuk memberikan pengayaan dalam penyusunan program, beberapa isu penting juga turut diangkat dalam pertemuan tersebut, seperti Ringkasan Arahan Kepala Negara, Menteri, dan Pejabat Senior pada pertemuan yang lalu, Hasil Penajaman dari Mid Term Review (MTR) Visi BIMP-EAGA 2025, Hasil Studi Koridor Ekonomi, hingga Strategi Ekonomi Biru BIMP-EAGA dan IMT-GT 2030.

Pertemuan dilanjutkan dengan breakout session dengan simultan 9 (Sembilan) klaster, yakni transportasi, perdagangan dan investasi, fasilitasi perdagangan, listrik dan energi, teknologi informasi dan komunikasi, agribisnis, pariwisata, lingkungan, serta pendidikan dan sosial budaya.

Hasil Penajaman dari MTR berdasarkan data kumulatif tahun 2017-2022 memperlihatkan bahwa target-target dalam Visi BIMP-EAGA 2025 hampir seluruhnya tercapai bahkan melebihi target. Gross Domestic Product (GDP) atas dasar harga berlaku wilayah sub-nasional EAGA mencapai 18,9% dari GDP keseluruhan negara BIMP-EAGA, dari target yang sebesar 20%. Ekspor kumulatif juga mencapai USD 563,2 miliar dari target sebesar USD 240 miliar. Foreign Direct Investment (FDI) juga telah mencapai USD 74 miliar dari target USD 66 miliar. Wisatawan domestik dan international mencapai 490 Juta orang dari target 124 juta orang.

Pada topik ekonomi biru, Asian Development Bank menyampaikan bahwa kerangka strategis dan elemen-elemen kunci dari gagasan kolaboratif BIMP-EAGA IMT-GT Blue Economy Strategy 2030.

“Strategi ini sejalan dengan prioritas Keketuan ASEAN Indonesia 2023, yang salah satunya fokus pada pengembangan ekonomi biru yang berkelanjutan dan inklusif. Indonesia akan berkontribusi aktif terutama dalam implementasi strategi ini,” ujar Asdep Netty. Lebih lanjut, Asdep Netty menyampaikan bahwa tahapan selanjutnya yakni memastikan implementasi dari Kerangka Ekonomi Biru di ASEAN dengan langkah-langkah efektif dan konkrit, agar potensi ekonomi biru sepenuhnya dapat menjadi mesin pertumbuhan baru.

Asdep Netty juga memberikan update pembentukan Gugus Tugas Ekonomi Biru di ASEAN serta rencana penyelenggaraan ASEAN Blue Economic Forum ke-2 bersamaan penyelenggaraan ASEAN Maritime Forum pada Kuartal IV tahun ini di Laos, disponsori oleh Indonesia dan mendorong entitas BIMP-EAGA untuk dapat menghadiri acara tersebut.

Pada kesempatan berikutnya, sejalan dengan meningkatnya minat untuk kerja sama pada  bidang halal di BIMP-EAGA, terutama dari dunia usaha, Asdep Netty mendorong pembentukan Working Group Bidang Produk dan Jasa Halal dalam kerja sama BIMP-EAGA. Hal tersebut juga bertepatan dengan BIMP-EAGA yang sedang dalam persiapan penyusunan Visi BIMP-EAGA paska 2025. 

Selanjutnya, tahun 2024 juga istimewa bagi BIMP-EAGA karena memasuki usianya yang ke-30 tahun. Dengan capaian tersebut, BIMP-EAGA berupaya menggerakkan perekonomian melalui pendekatan berbasis proyek dan pertukaran ilmu (best practices). Untuk mendukung keberlanjutan kerja sama ini, institusionalisasi BIMP-EAGA Facilitation Center turut mengemuka menjadi poin penting yang akan dibahas dalam rapat selanjutnya.

Perjalanan panjang dan posisi penting BIMP-EAGA di jantung Asia Pasifik juga telah sukses menarik minat beberapa negara sebagai rekan kerja sama, seperti Jepang, Korea Selatan, China, dan Australia, yang memberikan dukungan melalui pendanaan diberbagai bidang. (d7/dfm/fsr)

***                                          
 

 


Bagikan di | Cetak | Unduh