The 12th Hitachi Young Leader Initiative (HYLI) The Road Ahead: ASEAN’s Role in Asia and the Global Economy
19 Sep 2013 15:37Hitachi Young Leaders Initiative(HYLI) merupakan sebuah komunitas yang berkaitan dengan program-program yang bertujuan mengidentifikasikan dan meningkatkan potensi Para Calon Pemimpin Asia dengan mempertemukan mereka bersama untuk melakukan diskusi mengenai isu-isu regional dan berpartisipasi dalam dialog dengan Para Pejabat Senior Pemerintahan, Pemimpin Bisnis yang berpengaruh, Para Akademisi dan Perwakilan Lembaga Swadaya Masyarakat (NGO).
Pada kegiatan 12th HYLI, pihak Hitachi mengundang 28 students dari 7 negara selama 5 (1-5 Juli 2013) hari bertempat di Plaza Atheene, Hotel Le Meredien, Bangkok, Thailand. Tema yang diangkat pada Pertemuan HYLI ke-12 ini adalah The Road Ahead: ASEAN’s Role in Asia and the Global Economy. Para pembicara yang diundang dalam Pertemuan ke-12 HYLI terdiri dari Ibu Huda Bahweres, Asdep Kerjasama Ekonomi Regional dan Subregional, Kemenko Perekonomian (Indonesia), Mr. Shigehiro TANAKA, Director-General of METI's Multilateral Trade System Department(Jepang), Mr. Wirat Uanarumit, EVP, Corporate Finance of PTT Plc,(Thailand), YBhg. Datuk Noharuddin Nordin, Chief Executive Officer, Malaysian Industrial Development, Authority (MIDA) (Malaysia), Mr. Chula Sukmanop, Ph.D., Director-General, Office of Transport and Traffic Policy and Planning, (Thailand), Mr. Pham Thanh Tung, Director General of International Cooperation Department, Ministry of Transport (Viet Nam), Mr. Manuel V. Pangilinan, Chairman, First Pacific Corporation (Philippines), Mr. Lee Yoong Yoong, Research Associate Institute of Policy Studies (Singapore).
Tema utama yang dibahas dalam Pertemuan HYLI ke-12 ini dibagi dalam tiga sub tema yaitu bagaimana ASEAN Economic Community (AEC) berperan sebagai pemimpin ekonomi di Asia dan di perekonomian global, bagaimana Negara Anggota ASEAN mengelola sumber daya alam dan energinya dan mengenai ASEAN Connectivity.
Mr. Kiitiratt Na-Rong Deputy Prime and Minister of Finance, Thailand Dalam sambutannya, Mr. Kiitiratt Na-Rong Deputy Prime and Minister of Finance, Thailand menyampaikan agar generasi muda mempersiapkan diri sebaik-baiknya dalam menyongsong terbentuknya ASEAN Economic Community (AEC) 2015. Dalam AEC akan terbentuk banyak peluang dan tantangan yang dapat dimanfaatkan generasi muda, salah satunya adalah liberalisasi tenaga kerja terampil.
Pada pemaparan Ibu Huda Bahweres disampaikan bahwa ASEAN telah bertranformasi dari organisasi yang bersifat voluntary menjadi ruled-based organization yaitu sejak ditandatanganinya ASEAN Charter bulan November 2007. ASEAN Community 2015 dibangun atas 3 pilar yaitu Politik-Keamanan, Ekonomi dan Sosial-Budaya. Pada pilar ekonomi, telah ditandatangani ASEAN Economic Community (AEC) 2015 Blueprint yang terdiri dari Single Market and Production Base, Competitive Economic Region, Equitable Economic Development dan Integration into Global Economy.
Untuk menjaga sentralitas ASEAN dan mengimbangi dua kekuatan raksasa eknomi yaitu Cina dan India, saat ini ASEAN telah mengintegrasikan ekonominya lebih luas lagi dengan Free Trade Area (FTA) Partners yang terdiri dari Cina, Korea, Jepang, Australia, New Zealand, dan India yang dikenal dengan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP). Pemimpin ASEAN dan Negara Mitra meluncurkan perundingan RCEP melalui Joint Declaration on the Launch of Negotiation for RCEP pada penutupan KTT ASEAN ke-21 bulan November 2012 di Phnom Penh, Kamboja.
Mr. Shigehiro TANAKA, Director-General of METI's Multilateral Trade System Department, Jepang, memaparkan pentingnya peran ASEAN dalam supply chain di Asia Timur. Untuk pembuatan suatu produk, misalnya mobil, jaringan supply chain tersebut tersebar di beberapa Negara Anggota ASEAN.
Juga disampaikan bahwa aliran Foreign Direct Investment (FDI) dari Jepang ke Negara Anggota ASEAN (AMS) telah meningkat dua kali lipat lebih dalam kurun waktu 7 tahun (2005-2009). Pada tahun 2005, FDI Jepang ke AMS baru mencapai USD 32,5 billion, meiningkat dengan dratis pada tahun 2012 yaitu mencapai USD 82,7 billion. Selain itu juga disampaikan bahwa Jepang merupakan negara partner dagang terbesar kedua bagi ASEAN sesudah Cina dengan nilai perdagangan mencapai USD 273.374 million.
Mr. Wirat Uanarumit, EVP, Corporate Finance of PTT Plc., Thailand memaparkan tentang konsumsi energy ASEAN yang semakin tinggi. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi ASEAN yang mencapai kisaran 5%, maka energy menjadi komponen penting untuk melakukan aktifitas ekonomi di ASEAN. Untuk itu implementasi ASEANPower Grid(APG) and Trans-ASEAN Gas Pipeline (TAGP) perlu segera di realisasikan. AMS juga di himbau mengefesienkan penggunaan energi agar pembangunan berkesinambungan di ASEAN dapat tercapai.
YBhg. Datuk Noharuddin Nordin, Chief Executive Officer, Malaysian Industrial Development, Authority (MIDA) (Malaysia) menyampaikan bahwa rata-rata pertumbuhan energy di ASEAN mencapai 4,4% dalam kurun waktu 25 tahun sejak tahun 1995. Tetapi sampai saat ini AMS masih menggantungkan pada energi fosil sebagai sumber energi. Alternatif energi lainnya juga perlu dikembangkan di ASEAN misalnya hydro power.
Mr. Manuel V. Pangilinan, Chairman, First Pacific Corporation (Philippines) dan Mr. Lee Yoong Yoong, Research Associate Institute of Policy Studies (Singapore) memaparkan mengenai tantangan dan peluang dalam integrasi ekonomi ASEAN. Disampaikan bahwa integrasi ekonomi ASEAN berbeda dengan Uni Eropa (EU). Pada integrasi ekonomi ASEAN, hal tersebut didasarkan pada ASEAN Initiative for Integration, sedangkan EU didasarkan pada keputusan politik Kepala Negara. Selain itu dikatakan bahwa ASEAN merupakan bentuk integrasi ekonomi regional yang paling sukses dan berkontribusi terhadap kemakmuran dan harmoni di kawasan.
Mr. Chula Sukmanop, Ph.D., Director-General, Office of Transport and Traffic Policy and Planning, Thailand memaparkan tentang Strengthening Regional Mobility dan physical connectivity di ASEAN. Connectivity merupakan hal penting yang harus dilakukan untuk mendukung perekonomian ASEAN. Thailand sebagai contoh telah menginvestasikan dana yang cukup besar dalam bidang transportasi untuk mendukung ASEAN connectivity.
Mr. Pham Thanh Tung, Director General of International Cooperation Department, Ministry of Transport of Viet Nam menyampaikan mengenai Master Plan on ASEAN Connectivity (MPAC) dan Physical Connectivity. Disampaikan bahwa saat ini telah terbentuk ASEAN Highway Networksebagai bagian dari konektivitas untuk menghubungkan AMS. Selain itu juga telah dibangun Singapore Kunming Rail Link– SKRLyaitu lintasan kereta api yang menghubungkan enam Negara anggota ASEAN.
Pada pertemuan HYLI ke-12 ini, Indonesia diwakili oleh wakil dari Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Universitas Atmajaya. Beberapa pertanyaan yang mengemuka dari peserta HYLI adalah bagaimana cara AMS untuk bersatu dalam AEC mengingat memiliki ciri khas dan identitas yang berbeda. Pertanyaan lainnya adalah bagaimana cara ASEAN menghadapi kesenjangan antar AMS khususnya CMLV dalam menuju AEC 2015. Mengenai banyaknya agreement yang dihasilkan oleh pilar ekonomi, salah seorang peserta mempertanyakan bagaimana efektivitas berbagai agreement tersebut.
Narasumber menjawab bahwa meskipun AMS mempunyai ciri khas dan identitas berbeda, tetapi komitmen untuk mengintegrasikan ekonomi AMS sudah tertuang dalam AEC Blueprint. Sedangkan untuk mengukur sejauhmana integrasi ekonomi itu berlangsung, ASEAN mempunyai AEC Scorecard. Untuk mengatasi kesenjangan pembangunan antar AMS, ASEAN telah memberikan perhatian khusus pada Negara CMLV, bantuan tersebut berasal dari ASEAN6, negara mitra dialog maupun lembaga internasional. Mengenai banyaknya agreement yang dikeluarkan oleh pilar ekonomi, memang dirasakan bahwa terlalu banyak agreement tersebut. Dan selama ini tidak ada lembaga yang mengkontrol banyaknya agreement yang disepakati oleh pilar ekonomi.
Peserta HYLI menyarankan agar AMS mendorong efesiensi penggunaan energy. Untuk itu penggunaan teknologi yang tepat guna dan membangun kesadaran akan pentingnya penghematan energy perlu dilakukan. Untuk itu disarankan untuk mengurangi pajak atas produk yang sudah mengimplementasikan green production. Untuk menuju hal tersebut, pendidikan memegang peran penting untuk mewujudkannya.
Menurut pengamatan kami, program HYLI merupakan program yang bagus yang memberi kesempatan bagi mahasiswa di ASEAN dan Jepang untuk mengenal dan saling berdiskusi mengenai isu-isu regional terkini di kawasan. Selain itu, pihak Hitachi sangat rapi dan well organized dalam menyelenggarakan kegiatan ini. Thailand selaku tuan rumah juga terlihat serius dengan menghadirkan Mr. Kiitiratt Na-Rong Deputy Prime and Minister of Finance, Thailand. Selain itu, peserta lokal yakni mahasiswal dari Universitas Chulanglongkorn secara tertib dan tekun mengikuti acara ini hingga berakhir. Hal-hal tersebut tentunya sangat mendukung suksesnya acara HYLI ke-12 tersebut.