BI Rate Naik 50 Basis Poin
11 Jul 2013 23:39Jakarta – Bank Indonesia (BI) kembali menaikkan suku bunga acuan atau BI rate pada bulan ini. Rapat Dewan Gubernur (RGD) BI pada Kamis, 11 Juli 2013 memutuskan menaikan BI rate sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 6,5 persen dari yang sebelumnya 6,00 persen.
“Kebijakan tersebut ditempuh untuk memastikan inflasi yang meningkat pasca kenaikan harga BBM bersubsidi dapat segera kembali ke dalam lintasan sasarannya,” ujarnya Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Difi A. Johansyah dalam siaran pers, Jakarta, Kamis (11/7/2013)
Selain menaikan BI rate, sambungnya, BI juga memperkuat bauran kebijakan. Pertama, melanjutkan stabilisasi nilai tukar rupiah yang sesuai kondisi fundamentalnya dan menjaga kecukupan likuiditas di pasar valas. Kedua, menyempurnakan ketentuan loan to value ratio sektor properti terkait Kredit Pemilikan Rumah (KPR)/Kredit Pemilikan Apartemen (KPA) untuk tipe-tipe tertentu.
Ketiga, memperkuat langkah koordinasi dengan Pemerintah dengan fokus meminimalkan tekanan inflasi serta memelihara stabilitas makro ekonomi dan sistem keuangan. “BI meyakini bauran kebijakan tersebut cukup memadai untuk mengendalikan tekanan inflasi, menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan stabilitas sistem keuangan agar momentum pertumbuhan ekonomi dapat tetap terjaga dan bergerak kepada arah yang lebih sehat,” ujarnya.
Sementara terkait pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2013 diprakirakan pada kisaran 5,8-6,2 persen, lebih rendah dari prakiraan sebelumnya 6,2-6,6 persen. Hal ini dikarenakan melambatnya pertumbuhan pada triwulan II dan triwulan III-2013 yaitu masing-masing menjadi 5,9 persen.
“Lebih rendahnya prakiraan pertumbuhan ekonomi tahun 2013 tersebut akibat belum kuatnya ekspor sejalan pertumbuhan ekonomi global dan harga komoditas global yang masih lemah. Konsumsi rumah tangga dan investasi diprakirakan juga sedikit tertahan sebagai dampak menurunnya daya beli akibat belum kuatnya permintaan ekspor dan pasca kenaikan harga BBM bersubsidi,” tuturnya.
Untuk triwulan IV-2013, sambung dia, BI memperkirakan akan meningkat dan berlanjut ke tahun 2014 yang diprakirakan pada kisaran 6,4%-6,8%.
Sementara Staf Khusus Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan keputusan BI menaikan BI rate 50 basis poin tidak berpengaruh pada inflasi Juli 2013.
“Tapi saya lihat inflasi itu tidak akan terpengaurh oleh BI rate berapapun dari dampak kenaikan BBM terhadap inflasi selama setahun ke depan. Jadi ini kemungkinan besar mereka memang ingin mencoba membantu penguatan rupiah,” ujarnya di Kementerian Perekonomian.
Namun, langkah yang diambil BI ini dinilai salah langkah. Pasalnya, sambung dia, langkah BI yang kemarin menaikan bunga 25 bps, tidak terbukti manjur.
Ia mengatakan jika mengiginkan rupiah menguat bukan dengan cara menaikan tapi menurunkan bunga. Berdasarkan pengalaman tahun 2008, perubahan pandangan pengaruh bunga ke nilai tukar membuat rupiah malah melemah.
“Anda ingat, di 2008 kan pemerintah menaikkan harga BBM di bulan Mei, inflasi naik. Gara-gara itu BI rate naik kan dari poin 7,3 persen sampai 9,5 persen, tapi rupiah bukan menguat, tapi malah melemah sampai Rp13.000. November dia naikin (suku bunga) Desember mereka potong bunga basis, dalam 5 hari rupiah menguat dari Rp13.000 ke Rp12.000, habis itu BI dalam bulan-bulan berikutnya potong terus bunga secara agresing sehingga rupiah menguat terus hingga kebawah Rp10.000,” jelasnya.
Menurutnya, ekonomi Indonesia ini dipengaruhi oleh suku bunga, karenanya kalau bunga rendah ekonomi akan tumbuh lebih cepat.