Perbankan Sebagai Motor Penggerak Perekonomian
16 Mar 2016 19:27Jakarta (16/3) – Kemenko Perekonomian mengadakan pelatihan internal bertema Banking, Interest Rate & Financial Investment Diagnostic dengan narasumber Dr. Anton Hendranata, Kepala Ekonom Bank Danamon. “Saat ini Kemenko Perekonomian sedang mempersiapkan suku bunga perbankan ke single digit. Mencoba untuk mencoba terobosan supaya pembiayaan perbankan ikut mendampingi pembiayaan APBN,” ujar Edi Pambudi, Asisten Deputi Ekonomi Makro dan Keuangan.
Dalam pelatihan internal ini, Anton memaparkan bagaimana perjalanan industry perbankan Indonesia sejak 1983 sampai saat ini yang memasuki masa sustainable growing. Berdasarkan data, sejak Desember 1996 sampai Juni 2015, telah terjadi perubahan pada peta perbankan Indonesia. Pada data Desember 1996 top 4 bank berdasarkan asset ditempati oleh BCA, Bank Danamon, BII, dan BDNI, sedangkan data pada Juni 2015 top 4 bank ditempati oleh Bank Mandiri, BRI, BCA dan BNI.
Perbankan sebagai motor penggerak ekonomi mempunyai beberapa peranan, yakni menumbuhkan sector usaha kerakyatan, meningkatkan kemampuan eknomi pengusaha & UMKM, dan sebagai sumber pendanaan. Sampai saat ini pun, Bank masih menjadi sumber pendanaan utama, terbukti berdasarkan data dari Mandiri Research pada Mei 2015, outstanding loan sebesar Rp 375 trilliun, asset of financial institution sebesar Rp 5.838 trilliun dan bank debtors sebanyak 248.256. Anton mengatakan, Bank merupakan sumber pendanaan utama, selain saham dan obligasi. Oleh karena itu, apabila perbankan tidak sehat, maka perekonomian menjadi tidak optimal.
Banyaknya jumlah bank di Indonesia menyebabkan bank di Indonesia sulit bersaing di level regional. Hal ini menyebabkan kerentanan perbankan di Indonesia. “Kerentanan perbankan di Indonesia jauh lebih tinggi disbanding negara tetangga (Singapura, Korea, Malaysia). Hal ini terlihat dari jumlah perbankan yang dimiliki Indonesia lebih banyak dibandingkan negara tetangga. Sehingga ini menjadi PR yang harus dibenahi agar jumlah bank di Indonesia dapat berkurang. Setidaknya dari 120 bank di tahun 2013 menjadi 30 bank. Itu make sense,” ujar Anton.
Indikator yang perlu dicermati dalam sektor keuangan salah satunya adalah suku bunga. Fakto yang mempengaruhi pergerakan suku bunga salah satunya adalah kondisi likuiditas perekonomian Indonesia. Ada banyak cara yang dilakukan bank untuk memperoleh likuiditas, yakni menghimpunnya dari dana pihak ketiga seperti deposito, masuk ke PUAB (Pasar Uang Antar Bank) untuk mendapatkan pinjaman, serta mengajukan fasilitas pendanaan jangka pendek dengan angunan kredit lancar.
Penerapan suku bunga single digit tidak bisa dilakukan oleh satu atau dua bank saja, sehingga perlu dilakukan bersama-sama. “Kebijakan ini harus dilakukan by segment. Karena mungkin untuk beberapa segmen bisa berjalan. Harus diikuti dengan peningkatan infrastruktur agar kebijakan ini tidak sia-sia” ujar Anton. (SS)
***