Hadapi Berbagai Downside Risks Global, Menko Airlangga Optimis dengan Kemampuan Fundamental Perekonomian Nasional
24 Jun 2024 19:07KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
SIARAN PERS
HM.4.6/227/SET.M.EKON.3/06/2024
Hadapi Berbagai Downside Risks Global, Menko Airlangga Optimis dengan Kemampuan Fundamental Perekonomian Nasional
Jakarta, 24 Juni 2024
Proyeksi perekonomian global saat ini masih di bawah tren jangka panjang dan memiliki downside risks antara lain berupa tensi geopolitik, fragmentasi geoekonomi, pelemahan ekonomi tiongkok, penguatan mata uang Amerika Serikat, suku bunga tinggi di negara maju, dan juga pengetatan fiskal di negara maju. Meningkatnya ketidakpastian tersebut telah mendorong investor beralih ke aset safe haven seperti komoditi emas dan Dolar Amerika Serikat, sehingga menyebabkan depresiasi nilai tukar pada banyak negara di seluruh dunia.
“Sidang Kabinet Paripurna hari ini adalah untuk menjelaskan perekonomian nasional sekaligus RAPBN. Jadi tadi disampaikan bahwa perekonomian global masih di bawah tren jangka panjang, dengan berbagai risiko yang berakibat penguatan Dolar Amerika Serikat, dan di negara-negara maju suku bunga dipertahankan tinggi serta fiskal diperketat untuk menjaga level inflasi,” jelas Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, saat menyampaikan Keterangan Pers usai Sidang Kabinet Paripurna terkait kondisi perekonomian terkini di Istana Merdeka, Senin (24/06).
Penilaian dari beberapa lembaga pemeringkat internasional telah memberikan assesment positif bahwa ketahanan ekonomi Indonesia tetap terjaga, selaras dengan perekonomian Indonesia pada Triwulan I-2024 yang mampu tumbuh kuat 5,11% (yoy). Kemudian, PMI Manufaktur Indonesia telah berada di level ekspansif selama 33 bulan berturut-turut. Diikuti dengan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang tetap tinggi dan Indeks Penjualan Riil (IPR) yang tetap tumbuh yang menunjukkan aktivitas industri dan konsumsi Indonesia masih terjaga baik.
“Harga beberapa komoditas pun mengalami kenaikan seperti CPO (7,26%), nikel (4,94%), dan tembaga (15,18%). Tentu ke depan dengan nilai Dolar AS yang menguat ini ada kesempatan untuk meningkatkan daya saing barang ekspor, karena ekspor yang berbahan baku rupiah itu mempunyai daya saing lebih tinggi. Jadi tentu kita harus menggenjot hal seperti itu,” ungkap Menko Airlangga.
Sementara itu, daya saing Indonesia berdasarkan laporan IMD World Competitiveness tahun 2024 berada pada peringkat 27 dari 67 negara yang dinilai dan mengalami kenaikan signifikan dari peringkat 34 pada tahun 2023. Kenaikan peringkat daya saing tersebut juga dipengaruhi oleh kebijakan pada ekonomi domestik melalui implementasi Undang-Undang Cipta Kerja.
“Demikian pula di sektor market, semisal labor market kita nomor 2 dari 67 negara, dianggap salah satu yang terbaik. Tentu hal itu akibat adanya bonus demografi, dan juga dengan Undang-Undang Cipta Kerja itu mempermudah rekrutmen, serta menyelesaikan perselisihan perburuhan, dan juga dianggap produktivitas kita lebih tinggi,” jelas Menko Airlangga.
Pada sektor eksternal, neraca perdagangan terus mengalami surplus 49 berturut-turut. Sementara itu, defisit transaksi berjalan dan capital outflow pada investasi portofolio berpotensi meningkat, sebagai dampak dari tekanan ekonomi global terutama kebijakan AS “higher for longer”.
“Tadi juga ada arahan Bapak Presiden bahwa kredit restrukturisasi akibat Covid-19 yang seharusnya jatuh tempo pada Maret 2024 ini diusulkan ke OJK, nanti melalui KSSK dan Gubernur BI, untuk dimundurkan sampai 2025. Karena ini akan mengurangi perbankan mencadangkan kerugian akibat kredit KUR,” ucap Menko Airlangga.
Kemudian, untuk menjaga nilai tukar Rupiah supaya tidak semakin terdepresiasi, akan diterbitkan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) dan Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI) yang nantinya akan disinkronkan dengan penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) dari Kementerian Keuangan.
“Dari segi fundamental ekonomi jika Indonesia dibandingkan negara lain masih relatif baik dalam bentuk kebijakan suku bunga Bank Sentral kita masih di 6,25, inflasi 2,84%, defisit neraca transaksi berjalan yakni 0,64% dari PDB, yang mana ini jauh lebih bagus daripada beberapa negara termasuk Malaysia dan Brasil. Demikian pula fiscal balance dan foreign exchange reserve juga lebih baik. Tentu ke depan, Bapak Presiden juga meminta agar apa yang sudah dilakukan untuk tetap dilanjutkan, dengan komunikasi yang baik bersama tim dari Presiden terpilih,” pungkas Menko Airlangga. (rep/fsr)
***
Juru Bicara Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi, dan Persidangan
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
Haryo Limanseto
Website: www.ekon.go.id
Twitter, Instagram, Facebook, TikTok, Threads, & YouTube: @PerekonomianRI
Email: humas@ekon.go.id
LinkedIn: Coordinating Ministry for Economic Affairs of the Republic of Indonesia